Nur Hikmah, ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), menggaungkan kritik pedas terhadap pengelolaan beasiswa yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kolaka. Dengan suara lantang, ia mengungkapkan keresahannya terhadap praktik yang dianggap tidak transparan dan menyimpang dari tujuan utamanya.

"Beasiswa dari Pemda Kolaka seharusnya menjadi cahaya harapan bagi putra-putri daerah yang tengah berjuang menempuh pendidikan tinggi di tengah keterbatasan finansial. Namun, realitanya jauh dari harapan itu," ujar Nurhikma dengan nada prihatin. "Proses seleksi yang tidak jelas, kriteria yang tidak transparan, dan penerima beasiswa yang tidak sesuai dengan prioritas, membuat program ini menyimpang dari tujuan mulianya."

Nur Hikmah menjelaskan bahwa beasiswa seharusnya menjadi jalan untuk membuka akses pendidikan bagi mereka yang kurang beruntung secara ekonomi. Namun, ia mencurigai adanya kepentingan tersembunyi dan koneksi di balik layar yang mempengaruhi keputusan pemberian beasiswa. "Saya mendengar banyak keluhan dari mahasiswa yang benar-benar membutuhkan bantuan finansial, tetapi tidak mendapatkan kesempatan untuk menerima beasiswa ini," ungkapnya dengan nada skeptis.

"Bukankah beasiswa seharusnya diberikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan? Bagaimana mungkin mahasiswa dari keluarga berada justru menerima beasiswa, sementara yang kurang mampu diabaikan?" Nurhikma mengajukan pertanyaan retoris yang menggambarkan kekecewaannya terhadap situasi ini. "Jika tidak ada perubahan, ini hanya akan memperlebar jurang ketidakadilan dan membuat mimpi pendidikan semakin jauh dari jangkauan bagi mereka yang kurang beruntung."

Nur Hikma berharap suaranya akan menjadi pemicu perubahan yang lebih baik. Ia mengimbau kepada Pemda Kolaka untuk meninjau kembali sistem pengelolaan beasiswa dan memastikan transparansi serta ketepatan sasaran. "Kami, sebagai perwakilan mahasiswa, siap untuk terlibat dalam proses ini demi memastikan keadilan dan kebermanfaatan beasiswa bagi mereka yang memang layak menerimanya," tegasnya.

Dengan semangat yang membara, Nur Hikma menegaskan bahwa perjuangannya tidak akan berhenti di sini. Ia berjanji akan terus mengawal proses ini dan memastikan suara mahasiswa didengar. "Kami tidak akan tinggal diam jika ada ketidakadilan yang terus berlangsung. Pendidikan adalah hak setiap warga negara, dan beasiswa seharusnya menjadi jembatan bagi mereka yang membutuhkan, bukan sarana untuk kepentingan segelintir pihak."

"Beasiswa dari Pemda Kolaka seharusnya menjadi cahaya harapan bagi putra-putri daerah yang tengah berjuang menempuh pendidikan tinggi di tengah keterbatasan finansial. Namun, realitanya jauh dari harapan itu."

"Saya mendengar banyak keluhan dari mahasiswa yang benar-benar membutuhkan bantuan finansial, tetapi tidak mendapatkan kesempatan untuk menerima beasiswa ini."

"Bukankah beasiswa seharusnya diberikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan? Bagaimana mungkin mahasiswa dari keluarga berada justru menerima beasiswa, sementara yang kurang mampu diabaikan?


Penulis: Darman

Post a Comment

Previous Post Next Post